Bertolak Blakangnya Ajaran Tasawuf Dengan Budaya Kerapn
Sapi Madura
Budaya adalah
suatu kebiasaan masyarakat yang mendominasi suatu likngkungan. Dalam kesempatan
kali ini saya akan memaparkan salah satu budaya yang telah menjadi icon bagi
masyarkat Madura dan telah mendarah
daging bagi masyrakat Madura yaitu kerapan sapi. Jika mendengar pulau Madura
pasti terkenal akan tradisinya yaitu kerapan sapi. Kerapan sapi adalah salah
asatu budaya Madura yang sangat kental keberadaannya. Kerapan sapi yang ada
saat ini sudah banyak perubahan. Pada awalnya kerapan sapi adalah tardisi
tahunan yang hanya dapat dijumpai saat akan memulai penanaman padi. Tujuannya
yaitu selain sebagai pertunjukan adalah sebagai alat untuk membantu para petani
untuk menggarab ladangnya, namun seiiringnya waktu masyarakat Madura telah
mengikuti nafsunya sehingga kerapan sapi ini dijadikan sebagai subuah kompetisi
yang memiliki tingkatan-tingkatan. Namun sangat memprihatinkan masyarakat
Madura telah dibutakan oleh hawa nafsunya dimana kerapan sapi yang awalnya
hanya sebagai hiburan dan sebagai alat untuk membantu petani di ladang saat
memulai penanaman padi namun saat ini dijadikan sebuah kompetisi. Dari
kompetisi ini budaya kerapan sapi Madura yang dahulu sangat bermanfaat bagi
masyarakat namun seketika berubah menjadi ajang untuk menyiksa sapi-sapi yang
diperlombakan. Bagaimana tidak dikatakan menyiksa, sapi di tusuk-tusuk dengan
paku yang lumayan banyak hingga berdarah yang tujuannya untuk membuat sapi lari
kencang. Hal itu sangat bertentangan dengan ajaran tasawuf dimana tasawuf
mengajarkan pada manusia untuk saling menyayangi sesama manusia,menyayangi
tumbuhan, dan menyayangi hewan. Jelas apa yang dilakukan oleh masyarakat Madura
ini sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran tasawuf. Sangat di sayangkan
berdasarkan data yang ada masyarakat Madura mayoritas adalah beragama
islam.disamping adanya kekerasan kerapan sapi saat ini sebagai tempatnya
masyarakat-masyarakat untuk bertaruhan. Seperti yang diketahui taruhan adalah
salah satu dari bentuk perjudian yang sangat di haramkan oleh islam dan jauh
dari ajaran tasawuf. Dimana tasawuf mengajarkan tentang cara pendekatan diri
pada Allah SWT. Selain kekerasan dan perjudian yang dapat kita lihat oleh mata
kita, namun secara kasat mata ada suatu kegiatan yang sangat dilarang oleh
Allah SWT yaitu menggunakan orang pintar. Biasanya orang pintar ini diminta
untuk menentukan dimana tempat untuk kemujuran, serta meminta untuk menjaga
sapi dari serangan-serangan yang kasat mata. Secara tidak langsung hal ini sAma
dengan menyekutukan Allah SWT yaitu kita meminta pertolongan pada selain Allah.Dari
pemaparan diatas sebenarnya bukan budaya yang ada yang salah, namun kesalahan
terletak pada tata cara dalam budaya tersebut, karena terdapat unsur-unsur yang
tidak baik yang dalam ajaran tasawuf kegiatan-kegitan itu disebut sebagai
akhlak tercela. Dikatakan akhlak tercela kareana ada unsur kekerasan,tempat
perjudian, dan musrik. Ketiga unsur itulah yang menyebabkan budaya kerapan sapi
bertolak belakang dengan ajaran-ajaran tasawuf. Jika boleh kembali pada
tahun-tahun dimana sempat ada peraturan dalam budaya kerapan sapi tidak boleh
ada kekerasan pada sapi yang alat-alat pembantunya hanya menggunakan
bunyi-bunyian sebagai sarana untuk membuat sapi berlari cepat. Dimana kerapan
sapi saat itu hanya untuk hiburan saja.tidak ada kekerasan pada sapi. Artikel
ini ditulis bukan untuk menyinggung namun suatu harapan bagaimana budaya
kerapan sapi Madura kembali pada masanya dimana kerapan sapi adalah suatu
hiburan dan dapat dirasakan manfaatnya untuk masyarakat Madura tercinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar