Selasa, 12 Desember 2017

Bertolak Blakangnya Ajaran Tasawuf Dengan Budaya Kerapn Sapi Madura


Bertolak Blakangnya Ajaran Tasawuf Dengan Budaya Kerapn Sapi Madura
Budaya adalah suatu kebiasaan masyarakat yang mendominasi suatu likngkungan. Dalam kesempatan kali ini saya akan memaparkan salah satu budaya yang telah menjadi icon bagi masyarkat Madura dan  telah mendarah daging bagi masyrakat Madura yaitu kerapan sapi. Jika mendengar pulau Madura pasti terkenal akan tradisinya yaitu kerapan sapi. Kerapan sapi adalah salah asatu budaya Madura yang sangat kental keberadaannya. Kerapan sapi yang ada saat ini sudah banyak perubahan. Pada awalnya kerapan sapi adalah tardisi tahunan yang hanya dapat dijumpai saat akan memulai penanaman padi. Tujuannya yaitu selain sebagai pertunjukan adalah sebagai alat untuk membantu para petani untuk menggarab ladangnya, namun seiiringnya waktu masyarakat Madura telah mengikuti nafsunya sehingga kerapan sapi ini dijadikan sebagai subuah kompetisi yang memiliki tingkatan-tingkatan. Namun sangat memprihatinkan masyarakat Madura telah dibutakan oleh hawa nafsunya dimana kerapan sapi yang awalnya hanya sebagai hiburan dan sebagai alat untuk membantu petani di ladang saat memulai penanaman padi namun saat ini dijadikan sebuah kompetisi. Dari kompetisi ini budaya kerapan sapi Madura yang dahulu sangat bermanfaat bagi masyarakat namun seketika berubah menjadi ajang untuk menyiksa sapi-sapi yang diperlombakan. Bagaimana tidak dikatakan menyiksa, sapi di tusuk-tusuk dengan paku yang lumayan banyak hingga berdarah yang tujuannya untuk membuat sapi lari kencang. Hal itu sangat bertentangan dengan ajaran tasawuf dimana tasawuf mengajarkan pada manusia untuk saling menyayangi sesama manusia,menyayangi tumbuhan, dan menyayangi hewan. Jelas apa yang dilakukan oleh masyarakat Madura ini sangat bertentangan dengan ajaran-ajaran tasawuf. Sangat di sayangkan berdasarkan data yang ada masyarakat Madura mayoritas adalah beragama islam.disamping adanya kekerasan kerapan sapi saat ini sebagai tempatnya masyarakat-masyarakat untuk bertaruhan. Seperti yang diketahui taruhan adalah salah satu dari bentuk perjudian yang sangat di haramkan oleh islam dan jauh dari ajaran tasawuf. Dimana tasawuf mengajarkan tentang cara pendekatan diri pada Allah SWT. Selain kekerasan dan perjudian yang dapat kita lihat oleh mata kita, namun secara kasat mata ada suatu kegiatan yang sangat dilarang oleh Allah SWT yaitu menggunakan orang pintar. Biasanya orang pintar ini diminta untuk menentukan dimana tempat untuk kemujuran, serta meminta untuk menjaga sapi dari serangan-serangan yang kasat mata. Secara tidak langsung hal ini sAma dengan menyekutukan Allah SWT yaitu kita meminta pertolongan pada selain Allah.Dari pemaparan diatas sebenarnya bukan budaya yang ada yang salah, namun kesalahan terletak pada tata cara dalam budaya tersebut, karena terdapat unsur-unsur yang tidak baik yang dalam ajaran tasawuf kegiatan-kegitan itu disebut sebagai akhlak tercela. Dikatakan akhlak tercela kareana ada unsur kekerasan,tempat perjudian, dan musrik. Ketiga unsur itulah yang menyebabkan budaya kerapan sapi bertolak belakang dengan ajaran-ajaran tasawuf. Jika boleh kembali pada tahun-tahun dimana sempat ada peraturan dalam budaya kerapan sapi tidak boleh ada kekerasan pada sapi yang alat-alat pembantunya hanya menggunakan bunyi-bunyian sebagai sarana untuk membuat sapi berlari cepat. Dimana kerapan sapi saat itu hanya untuk hiburan saja.tidak ada kekerasan pada sapi. Artikel ini ditulis bukan untuk menyinggung namun suatu harapan bagaimana budaya kerapan sapi Madura kembali pada masanya dimana kerapan sapi adalah suatu hiburan dan dapat dirasakan manfaatnya untuk masyarakat Madura tercinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar